Minggu, 20 Mei 2012

Modal Usaha




Siapapun yang sedang merintis usaha akan sepakat bahwa uang adalah modal yang sangat penting. Bahkan, sebagian orang menganggapnya sebagai yang terpenting.

Menurut saya, uang memang penting, tapi bukan yang terpenting. Ada yang lebih penting dari uang dalam memulai usaha, yakni komitmen. Apapun jenis usahanya, komitmen adalah nomor satu.

Siapa memiliki komitmen tinggi, dia punya harapan untuk berkembang. Sebab, komitmen mendorong munculnya stamina dan ketabahan dalam mengarungi dunia usaha.

Komitmen muncul bisa karena faktor bawaan karakter. Karakter terbentuk, selain karena faktor genetik, juga karena faktor pendidikan. Oleh karena itu, komitmen dapat lahir karena adanya kesadaran yang didapat melalui proses belajar.

Salah satu faktor penting yang menggerakkan komitmen dalam merintis suatu usaha adalah cita-cita. Membangun usaha tanpa cita-cita yang jelas, hanya akan membuang-buang waktu. Cita-cita tanpa strategi, hanya angan-angan kosong. Strategi tanpa komitmen, itu basa basi saja.

Lalu, di mana posisi uang sebagai modal usaha?

Uang adalah pelumas, unsur yang memperlancar putaran roda usaha. Uang memang harus ada, tapi tak selalu harus sebanyak perhitungan kita.

Pada umumnya, kita terlalu fokus pada usaha utama yang ingin kita bangun. Ketika, di atas kertas, modal uang yang kita butuhkan ternyata sangat besar dan kita tak memilikinya, maka kita buang rencana usaha itu. Sebab, kita pikir, bagaimana mungkin membangun usaha ini jika tak ada uang sebanyak itu?

Padahal, bisa jadi, sebenarnya kita memiliki uang. Namun, jumlahnya tak mencapai besaran modal yang kita rencanakan. Jika komitmen kita cukup besar dan strategi kita cukup matang, uang yang ada itu bisa kita olah menjadi batu loncatan.

Kita tetap pegang komitmen akan membangun usaha utama itu. Namun, karena tak dapat langsung melompat ke posisi yang kita idam-idamkan, maka kita mulai dengan membangun batu loncatannya.

Tak masalah batu loncatan itu kecil, asal ia dapat kita jadikan pijakan menuju posisi usaha yang kita rencanakan. Proses ini pasti perlu waktu. Karena itu, mutlak dibutuhan komitmen tinggi agar dapat istiqoomah.

Bagi yang tidak sabar, tahapan strategi seperti ini tentu akan dirasa terlalu lama. Lebih mudah baginya menempuh jalan berhutang. Sebagian orang menganggap wajar berhutang dalam membangun dan menjalankan sebuah usaha. Itu pilihan mereka.

Kita, kaum muslimin, yang diajari oleh Muhammad Rosuulullooh untuk memohon pada Allooh agar dibebaskan dari hutang, mestinya menempuh jalan yang lain. Musyarokah dengan sistem bagi hasil dapat menjadi alternatif membangun usaha.

Modal dasar musyarokah adalah kepercayaan. Lagi-lagi, di sini, komitmen menjadi unsur yang sangat penting untuk menegakkan kepercayaan dalam sebuah kerja sama.

Uang yang minim tapi berpadu dengan strategi yang bagus dan komitmen yang tinggi memiliki peluang besar untuk berkembang. Walloohu Ta'aalaa a'lam.

Ide tulisan ini saya bangun dari serpihan pencerahan orang-orang yang sukses membangun usaha mereka. Selain itu, juga dari pengalaman pribadi selama merintis usaha. Semoga menjadi inspirasi buat saya dan Anda.(Abunnada)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar